MANAJEMEN STRATEGI
BAB
III
ARTI MANAJEMEN STRATEGI
Istilah
strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos atau strategus dengan
kata jamak strategi. Strategos berarti jendral tetapi dalam bahasa Yunani kuno
sering berarti perwira negara (state officer) dengan fungsi yang luas.
Pada abad ke 5 SM sudah dikenal adanya Broad of Strategy di Athena,
mewakili 10 suku di Yunani. Hingga Abad ke 5, kekuasaan politik luar negeri
dari kelompok strategi itu semakin luas. Lama kelamaan strategi memperoleh
pengertian baru.
Dalam arti yang sempit, menurut Matloff
(Salusu, 1996:85), strategi berarti the art of the general (seni
jendral). Dalam zaman Yunani Kuno jendral dianggap bertanggung jawab dalam
suatu peperangan, kalah atau menang.
la
menguasai logistik dan sumber daya militer. Oleh sebab itu pada akhir
abad 18, penggunaan istilah strategi ini lebih memperoleh tempat di kalangan
militer terutama di kalangan perwira. Namun pada dekade sesudahnya pada abad 19
dan 20 faktor militer telah bercampur dengan faktor politik, ekonomi, teknologi
dan psikologis. Istilah strategi lalu muncul dengan nama Iraru grand
strategy atau strategi tingkat tinggi, yang berarti seni memanfaatkan semua
sumber daya suatu bangsa atau kelompok hangsa untuk mencapai sasaran perang dan
damai.
Menurut Alex Miller (1996) "Strategy
refer to either the plan etude or the action in effort to help an organization
fulfill its intended t ropose and strategy is refers to propose the
organization strives to ichieve these strategy posed by typical businesses can
be very broad (vision and mission) or more focused (goals and objectives)
".
Hax
dan Majluf (Salusu, 1996) mencoba menawarkan rumusan yang komprehensif tentang
strategi sebagai berikut.
1. Suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu
dan integral.
2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi
dalam pengertian sasaran jangka panjang, program bertindak, dan prioritas
alokasi sumber daya.
3. Menyeleksi
bidangyang akan dilakukan atau akan dilaksanakan organisasi.
4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu
bertahan lama, dengan memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman
dari lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelernahannya.
5. Melibatkan
sernua tingkat hierarki dari organisasi.
Beberapa
definisi di atas menurut perumus tadi, strategi menjadi suatu kerangka yang
fundamental tempat suatu organisasi akan mampu menyatakan kontinuitasnya yang
vital, sementara pada saat yang bersamaan ia akan memiliki kekuatan untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu berubah.
Mengingat
beberapa definisi di atas terlalu panjang, maka dengan bertolak dan pemahaman
Lawrence R.Jauch & W.F Glueck (1984), berikut ini ditawarkan suatu definisi
yang lebih sederhana namun dapat mewakili pengertian-pengertian di atas:
"Strategy
is unified comprehensive and integrated plan that relates the strategic
advantages of the firm to the challenges of the environment and that is
designed to ensure that the basic objectives of the enterprise and achieve
through proper execution by the oigranization". Artinya
bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang
mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang
dirancang untuk memastikan tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan
yang tepat oleh perusahaan.
Merujuk pada definisi di atas, Salusu (1996) berpendapat
bahwa strategi memiliki determinan-determinan umum yang terdiri dari
komponen-komponen yang dibahas, yaitu:
1. Tujuan dan sasaran. Perlu dipahami bahwa
tujuan berbeda dengan sasaran. Harvey mencoba menjelaskan keduanya: (a)
organizational goals adalah keinginan yang hendak dicapai di waktu yang
akan datang, yang digambarkan secara umum dan relatif tidak mengenal batas
waktu, sedangkan (b) organizational objectives adalah pernyataan yang
sudah mengarah pada kegiatan untuk mencapai goals: lebih terikat waktu, dapat
diukur dan dapat dijumlah atau dihitung.
2. Lingkungan. Harus disadari bahwa organisasi
tidak hidup dalam isolasi. Seperti halnya manusia organisasi juga digerakkan
oleh manusia yang senantiasa berinteraksi dengan lingkungannya, dalam arti
saling mempengaruhi.
3. Kemampuan internal. Kernampuan internal oleh
Shirley digambarkan sebagai apa yang dapat dibuat (can do) karena
kegiatan akan terpusat pada kekuatan.
4. Kompetisi.
Kompetisi ini tidak dapat diabaikan dalam merumuskan strategi.
5. Pembuat strategi. Ini juga penting karena
menunjuk siapa yang kompeten membuat strategi.
6. Komunikasi, para penulis secara implisit
menyadari bahwa melalui komunikasi yang baik, strategi bisa berhasil.
A.
PENGERTIAN MANAJEMEN
STRATEGI
Manajemen strategi
merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menggambarkan proses keputusan
yang merupakan fokus hukum ini. Hal ini akan didefinisikan secara singkat.
Menurut Hunger & Wheelen (1992) "Strategic management is that set managerial
decision (induction that determines the long run perpormance ofa corporation,
it includes environment scanning, strategic formulation, strategic implementation,
evaluation and control ".
Sedangkan menurut
Lawrence R. Jauch & W.F Glueck (1984)
"Strategic
management is a stream of decision and action which development of an affective
strategies to help achieve corporate objective". Kalau
diartikan secara bebas manajemen strategi adalah sejumlah keputusan dan
tindakan yang mengarah pada penyusunan tiuatu strategi atau sejurnlah strategi
yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan.
Rencana manajemen
strategi untuk perusahaan ialah suatu rencana jangka panjang yang didasarkan
pada analisis dan diagnosis lingkungan internal dan eksternal yang selanjutnya
memformulasikan hasil analisis tersebut menjadi sebuah keputusan strategis yang
merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir. Keputusan ini mencakup ruang
lingkup bisnis, produk dan pasar yang harus dilayani, fungsi yang harus
dilaksanakan, dan kebijakan utama yang diperlukan untuk mengatur pelaksanaan
keputusan untuk mencapai sasaran. Kebijaksanaan (policy) merupakan
pedoman untuk bertindak. Kebijakan menunjukkan bagaimana sumber harus
dialokasikan dan bagaimana tugas yang diberikan dalam organisasi harus
dilaksanakan sehingga manajer tingkat fungsional dapat melaksanakan strategi
itu dengan sebaik-baiknya.
B.
PRINSIP-PRINSIP UNTUK
MENYUKSESKAN STRATEGI
Para pengambil
kebijakan strategi perlu menjamin strategi yang mereka tetapkan dapat berhasil
dengan baik, bukan saja dalam tatanan konseptual saja, tetapi dapat
dilaksanakan. Untuk itu Hatten & Hatten (Salusu, 1996:108) memberi beberapa
petunjuk mengenai cara pembuatan strategi sehingga bisa berhasil, di antaranya
yaitu di bawah ini.
1.
Strategi haruslah
konsisten dengan lingkungannya. Ikutilah arus perkembangan yang bergerak di
masyarakat (jangan melawan arus), dalam lingkungan yang memberi peluang untuk
bergerak maju.
2.
Setiap strategi tidak
hanya membuat satu strategi. Tergantung pada ruang lingkup kegiatannya. Apabila
banyak strategi yang dibuat, maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan
strategi lainnya.
3.
Strategi yang efektif
hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak mencerai
beraikan satu dengan yang lainnya.
4.
Strategi hendaknya
memusatkan perhatian pada apa yang merupakan kekuatannya dan tidak pada
titik-titik yang justru pada kelemahannya. Selain itu, hendaknya juga
memanfaatkan kelemahan persaingan dan membuat langkah-langkah yang tepat untuk
menempati posisi kompetitif yang lebih kuat.
5.
Sumber daya adalah suatu
yang kritis. Mengingat strategi adalah suatu yang mungkin, maka harus membuat
sesuatu yang layak dan dapat dilaksanakan.
6.
Strategi hendaknya
memperhitungkan risiko yang tidak terlalu besar. Mernang setiap strategi
mengandung risiko, tetapi haruslah berhati-hati sehingga tidak menjerumuskan
organisasi ke dalam lobang yang besar. Oleh sebab itu, suatu strategi harusnya
dapat dikontrol.
7.
Strategi hendaknya
distisun di atas landasan keberhasilan yang telah dicapai. Jangan menyusun
strategi di atas kegagalan.
8.
Tanda-tanda dari
suksesnya strategi ditarnpakkan dengan adanya dukungan dari pihak-pihak yang
terkait, terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam
organisasi.
C.
VISI, MISI, DAN TUJUAN
PERUSAHAAN
Setiap perusahaan
senantiasa mempunyai cita-cita ideal yang hendak dicapai. Cita-cita tersebut
akan diperjuangkan agar jati dirinya jelas, yakni citra nilai dan kepercayaan
perusahaan. Visi perusahaan adalah citra nilai dan kepercayaan ideal. Dengan
kata Iain, visi merupakan wawasan luas ke masa depan dari manajemen dan
merupakan kondisi ideal yang hendak dicapai oleh perusahaan di masa yang akan
datang. Visi memberi arah dan ide aktual kepada manajemen dalam proses
pembuatan keputusan, agar setiap tindakan yang akan dilakukan senantiasa
berlandaskan visi perusahaan dan memungkinkan untuk mewujudkannya. Adapun
karakteristik visi yaitu sebagai berikut.
1. Diciptakan
melalui permufakatan/konsensus.
2. Memberikan
pandangan atas segala sesuatu yang terbaik di masa yang akan datang.
3. Mempengaruhi
orang untuk menuju ke misi.
4. Tanpa
keterbatasan dimensi waktu.
Selanjutnya untuk
menghayati visi, diperlukan tatanan atas nilai dan kepercayaan perusahaan yang
menjadi pernyataan usaha dari perusahaan, pernyataan usaha ini disebut misi
perusahaan. Dengan kata lain, misi adalah dasar kegiatan atau peranan yang diharapkan
masyarakat dari badan usaha. Misi merupakan halhal yang lnelegitimasi
keberadaan badan usaha, suatu citra badan usaha. Baik visi maupun misi
mempengaruhi tujuan badan usaha karena hal-hal tersebut merupakan karakteristik
khas perusahaan. Sebaliknya, misi dipengaruhi oleh beberapa unsur, seperti
lingkungan perusahaan, kekuatan dan kelemahan perusahaan, perkembangan
perusahaan serta nilai-nilai manajernen. Jika kita rinci lebih detail, maka
misi memberikan makna (1) mengejawantahkan alasan dan keberadaan perusahaan;
(2) tidak selalu mencerminkan suatu kineija, kendati ada dasar pengalokasian
sumber daya dan penetapan tujuan; (3) tanpa dimensi waktu atau tolak ukur
tertentu; (4) mengejawantahkan kegiatan usaha yang sedang dilakukan dan yang
akan diupayakan, baik menyangkut produk, konsumen, maupun pasar sasaran.
Sedangkan tujuan
perusahaan merupakan pernyataan tentang keinginan yang akan dijadikan pedoman
bagi manajemen perusahaan untuk meraih hasil tertentu atas kegiatan yang
dilakukan dengan dimensi waktu tertentu. Dengan demikian tujuan memiliki
karakteristik yang berbeda dengan visi maupun misi di antaranya: (1) sesuai:
tujuan selaras dengan visi dan misi; (2) berdirnensi waktu, tujuan harus
konkrit dan bisa diantisipasi kapan terjadinya; (3) layak, tujuan hendaknya
merupakan suatu tekad yang bisa diwujudkan; (4) fleksibel, tujuan senantiasa
bisa disesuaikan atau peka terhadap perubahan situasi dan kondisi; (5) mudah
dipahami.
Ada empat alasan
pentingnya tujuan bagi perusahaan dan bagi manajemen strategi, yaitu sebagai
berikut :
1.
Tujuan membantu mendefinisikan organisasi
dalam lingkungannya. Sebagian besar organisasi
perlu membenarkan keabsahan eksistensinya, untuk mengabsahkan diri dalam
pandangan pemerintah, konsumen, dan masyarakat luas. Dengan menetapkan tujuan,
perusahaan akan menarik orang mengenali tujuan sehingga mau bekerja untuk
mereka.
2. Tujuan membantu mengkoordinasi keputusan dan mengambil
keputusun. Tujuan yang menyatakan mengaralikan
perhatian karyawan kepada norma perilaku yang dikehendaki. Tujuan dapat
mengurangi pertentangan dalam pengambilan keputusan kalau semua karyawan
mengetahui tujuannya. Tujuan menjadi kehendak dalam keputusan.
3. Tujuan menyediakan norma untuk menilai
pelaksanaan prestasi organisasi. Tujuan
merupakan norma terakhir untuk organisasi menilai dirinya. Tanpa tujuan,
organisasi tidak mernpunyai dasar yang jelas untuk menilai keberhasilannya.
4. Tujuan
merupakan sasaran yang lebih nyata dari pada pernyataan visi dan misi.
D.
PERENCANA PERUSAHAAN
Perumusan
strategi, tujuan dan rencana pelaksanaan seringkali dipandang sebagai bidang
khusus general manajer. Namun mungkin akan banyak prihadi yang terlibat dalam
proses manajemen strategis. Pihak yang mengkaji ulang hasil-hasil
strategi dan Dewan direksi kepala eksekutif adalah para perencana
tingkat perseorangan. Sedangkan staf perencanaan perseorangan membantu
para manajer puncak dalam perencanaan data penerapan strategi, dan konsultan
tugasnya membantu perencana perusahaan dalam melaksanakan perencanaan
perusahaan apabila tidak ada staf perencanaan perusahaan (pengganti staf perencanaan
perusahaan). General manajer dan unit bisnis strategis dan staf
divisi pada tingkat rendah juga terlibat dalam penetapan sasaran dan
perumusan serta penerapan strategi. Namun dalam bagian berikut ini kami akan memusatkan
pada peranan manajemen strategi dari general manajer.
General rnanajer
suatu perusahaan adalah eksekutif yang berada di puncak perusahaan atau SBU (Strategic
Business Unit) dan yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dan
keberhasilan perusahaan. Mereka memegang jabatan seperti ketua (chairman), dewan
komisaris, direktur utama perusahaan, wakil direktur senior, wakil direktur
pelaksana dan wakil direktur. Jika perusahaan itu dibagi menjadi unit bisnis
strategi atau divisi operasional, maka orang yang mengepalai unit ini juga merupakan
general manajer (GM).
Kesan bagi seorang general manajer ialah bahwa. ia seorang pemikir eksekutif yang
merancang strategi, merancang organisasi untuk menerapkan rencana, dan
mernimpin pasukannya berolah gerak (maneuvers) yang diperlukan untuk
melaksanakan tujuan dengan menggnnakan pengalamannya dan pandangannya yang
luas. General manajer adalah wiraswastawan (merencanakan tujuan), perencana
strategi (merencanakan), pembentuk organisasi (mengorganisasi), pemimpin (memberikan
arah), dan pengendali utarna (kontrol).
Sedangkan GM
memiliki beberapa peranan, yaitu peranan antarpribadi, peranan informatif,
peranan pengambil keputusan.
Pertama, peranan
antarpribadi; sebagai tokoh simbolis organisasi. Peranan general manajer di
antaranya melaksanakan seju nlah tugas seremoni rutin yang bersifat resmi dan
sosial. Hal ini seringkali penting untuk mengenalkan perusahaan pada orang
luar. Sebagai seorang pemimpin, general manajer bertanggung jawab untuk
menetapkan staf organisasi serta melatih dan memotivasi bawahannya. Dalam
perannya sebagai penghubung (liaison) manajer menjaga jaringan hubungan
keluar untuk mendapatkan peluang dan informasi.
Kedua, peranan
informatif, dalam memainkan perannya sebagai pemantau (monitor), manajer
membaca laporan, melakukan perjalanan atau mengikuti pertemuan untuk mencari
informasi mengenai organisasi dan lingkungannya, sebagai penyebar infonnasi.
Dengan dernikian, GM meneruskan banyak infonnasi yang diterima kepada pihak
organisasi maupun pihak luar organisasi. Informasi tentang organisasi juga
diteruskan kepada orang luar melalui surtt-menyurat, telepon atau pertemuan
dewan karena rnanajer bertindak sebagai juru bicara organisasinya.
Ketiga, peranan pengambiI keputusan, sebagai wiraswasta GM
melakukan fungsi strategi memulai proyek untuk memanfaatkan peluang yang ada. la mengadakan pertemuan strategis dan
peninjauan untuk melaksanakan hal ini dan untuk menyelesaikan masalah serta
krisis jika tugasnya beralih menjadi penanggulangan gangguan. Sebagai
pengalokasi sumber daya organisasi, seperti alokasi anggaran dan menyetujui
permintaan alokasi sumber daya manusia, keuangan dan material. Akhirnya manajer
puncak bertanggungjawab untuk mewakili perusahaan sebagai perunding
(negisiator) kontrak dengan serikat buruh, pemasok besar, dan pelanggan
penting.
E.
PENDEKATAN PENGAMBIL
KEPUTUSAN MANAJEMEN STRATEGI
Menurut Lawrence
R. Jauch & W.F Glueck (1996) ada berbagai teori tentang bagairnana
pengambil keputusan mengambi1 suatu keputusan, namun sebagian besar penulis
memusatkan perhatiannya pada tiga cara pendekatan, yaitu rasional analisis,
intuitif emosional, dan perilaku politis (behavioral political).
1.
Pengambil keputusan yang
rasional-analisis
Dalam model ini,
pengambilan keputusan merupakan scorang aktor yang tindak-tanduknya bukan saja
cerdas tetapi juga rasional. Aktor memilih keputusan dengan penuh kesadaran
lentang semua alternatif yang mungkin ada untuk mendapatkan keuntungan
maksimal. Oleh karena itu, pengambil keputusan mempertimbangkan semua
alternatif dan segala akibat dari pilihan yang dapat diambilnya, menyusun
segala akibatnya dengan memperhatikan skala pilihan (scale of performance) yang
pasti, dan memilih alternatif yang memberikan hasil maksimum.
2.
Pengambilan keputusan
yang intuitif-emosional
Lawan dari
pengambilan keputusan yang rasional adalah pengambil keputusan yang intuitif.
Pengambil keputusan ini rnenyukai kebiasaan dan pengalaman, perasaan yang mendalam,
pernikiran yang reflektif dan naluri dengan menggunakan proses alam bawah
sadar. Proses ini dapat didorong oleh naluri, orientasi kreatif, dan
konfrontasi kreatif. Pengambilan keputusan intuitif mempertimbangkan sejumlah
alternatif dan peluang secara serempak meloncat dari satu langkah dalam
analisis atau mencari yang lain dan kembali lagi.
Beberapa orang
yang menekankan intuisi atau pendapat sebagai cara pendekatan yang disukai,
menunjukkan bahwa dalam banyak persoalan, pertimbangan mungkin mengarah ke
keputusan yang lebih baik daripada teknik mengoptimumkan. Misalnya, analisis
kepekaan alat seperti pesanan dalam jumlah yang paling ekonomis (EOQ =
economic order quantity). Model ini rnenggunakan bahwa ada pesanan jumlah
optimal berkenaan dengan untung rugi (trade-off) dari biaya pemesanan
dan penyimpanan. Tetapi mungkin akan menjadi jauh dari "optimal" ini
dalam banyak hal tanpa dampak sangat nyata pada perbedaan pembiayaan
keseluruhan. Oleh karena itu, di sini pertimbangan faktor lainnya dalam suasana
keputusan dapat mengarah ke kesimpulan menyeluruh yang lebih baik berkenaan
dengan jumlah pesanan, daripada tetap berpegang pada keputusan yang ditentukan
oleh model "rasional". Kenyataannya, waktu untuk memulai suatu
keputusan yang berdasarkan analisis mungkin memerlukan perasaan intuitif
tentang apa yang dikemukakan data. Dalam banyak kasus, pertimbangan seperti ini
mungkin lebih disukai daripada mengandalkan analisis.
3.
Pengambilan keputusan
secara politis-perilaku
Pandangan ketiga
mengemukakan bahwa pengambil keputusan yang sesungguhnya harus mempertimbangkan
sejunlah tekanan dari orang lain yang terpengaruh oleh keputusan mereka. Serikat
buruh menukarkan tenaganya untuk upah yang paling pantas dan jaminan kerja.
Konsumen menukarkan uang mereka dengan produk dan jasa. Pemilik menukar
modalnya untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan dari investasinya. Pemasok
(supplier) menukarkan perlindungan dan jaminan ekonomi dengan pajak. Bahkan
pesaing pun menukarkan informasi satu sama lainnya melalui asosiasi perdagangan
atau hubungan lainnya, dan sebagainya.
Sedangkan jika
ditinjau dari kondisi keputusan yang harus diambil, terdapat empat pengambilan
keputusan, yaitu: (1) pengambilan keputusan atas peristiwa yang pasti
(certainty); (2) pengambilan keputusan atas peristiwa yang mengandung
risiko; (3) pengambilan keputusan atas peristiwa yang tidak pasti; (4)
pengambilan keputusan atas peristiwa yang timbal karena pertentangan dengan
keadaan lain.
F.
GAYA PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Salah satu
pandangan mengenai gaya-gaya pengambilan keputusan menurut Robbins dan D A. De
Cenzo dalam bukunya "Supervision Today", didasarkan pada
pendekatan dua dimensi dalam pengambilan keputusan yaitu (1) cara berpikir
seseorang, yaitu didasarkan pada anggapan bahwa sebagian di antara kita cenderung
lebih bersifat rasional dan logis dalam cara berpikir atau memproses informasi.
Tipe rasional ini memandang informasi secara teratur dan mernastikan bahwa
informasi itu logis dan konsisten sebelum mengambil keputusan. (2) dimensi yang
menggambarkan toleransi seseorang akan ambiguitas. Tipe ini lebih cenderung ke
arah intuitif yang memandang hahwa memproses informasi tidak harus menurut
urutan tertentu melainkan memandangnya sebagai keseluruhan atau banyak pikiran
sekaligus.
Untuk lebih
jelasnya mengenai keterhubungan dua dimensi tersebut dapat dilihat pada Gambar
3.1 berikut :
SP. Robbins clan D A De Cenro,
(1998) Supervision today.
Dalam SP. Robbins dan Mary Coulter.
Manajemen (1999:189)
Gambar 3.1 Gaya pengambilan
keputusan
l. Gaya direktif; yaitu
suatu gaya pengambilan keputusan yang dicirikan oleh toleransi yang rendah
untuk ambiguitas/ ketidakjelasan dan cara berpikir rasional.
2. Gava
analisis,.yaitu suatu gaya pengambilan keputusan yang
dicirikan oleh toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas dan cara berpikir yang
rasional.
3. Gaya
konseptual, yaitu suatu gaya pengambilan
keputusan yang dicirikan oleh toleransi yang tinggi terhadap ambiguitas dan
cara berpikir yang intuitif.
4. Gaya perilaku, yaitu
suatu gaya pengambilan keputusan yang dicirikan oleh toleransi yang rendah
terhadap ambiguitas dan cara berpikir yang intuitif.
Tidak ada komentar